Akulturasi Budaya Bangunan Masjid Tua Cirebon
Nama:Dicqy wahyudi
1608301027
Akulturasi
Budaya Bangunan Masjid Tua Cirebon
Dari segi bahasa
masjid di aambil dari kata sajada yasjudu, yang berarti patuh, taat serta
tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Masjid merupakan bangunan tempat shalat
kaum muslim. Hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang
mengandung kepatuhan kepada Allah swt semata,komponen inti dari sebuah masjid
adalah ruang untuk salat. Masjid juga dilengkapi mimbar (tempat untuk
memberikan ceramah) agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh jamaah shalat.
Masjid ini terletak di desa kaliwulu kecamatan weru Kabupaten Cirebon pada
lahan seluas 350m yang dikelilingi oleh pagar tembok bata ekspose.
Unsur-unsur budaya pada
masjid kaliwuluh ada 2 yaitu mighrab dan mimbar. Pada masa islam awal, mihrab
tidak termasuk bagian masjid. Tambahan ini ada semata-mata karena unsur
arsitektur. Hingga saat ini belum ada kesepakatan pendapat tentang bagaimana
awal mula mihrab di jadikan sebagai arsitektur masjid dalam islam. Sedangkan
mimbar, islam memiliki sejarah bagaimana mimbar diadakan di masjid nabawi. Rasulullah
biasanya berpidato didepan umatnya sambil berdiri dan bersandar pada sebatang
pohon kurma. Pada masa setelah nabi, mimbar lebih sering diidentikkan dengan
kekuasaan dan mahkota, sehingga mimbar boleh digunakan oleh khalifah atau penguasa.
Unsur-unsur
Non-islam. Pada bangunan masjid kaliwuluh terdapat 3 unsur-unsur non islam
antara lain: 1.denah persegi empat, Masjid kaliwulu memiliki denah segi empat. Pendapat
stutterheim di bantah oleh wiryosuparto. Ia berpendapat bahwa model denah segi
empat cenderung mengacu pada model bangunan tradisional jawa yaitu pendapat.
Model ini berasal dari hindu pra-islam kemudian diterima oleh masyarakat
nusantara bersamaan dengan diterimanya bangunan india.
Jika ditelusuri ciri
khas masjid kuno beratap tumpang yang berasal dari abad 16-18 M. bentuk
bangunan ini mulai dikenal pada relief-relief candi di jawa timur seperti candi
suwarana, panataran, kedaton, dan jago. 3.Ragam hias, ornament yang sering ada
pada bangunan islam lebih banyak didominasi floral daripada faunal. Hiasan
floral biasanya menggunakan satu pola, kemudian diulang dan dilipatgandakan
terus-menerus menjadi bidang, garis dan bingkai dari pintu, jendela, kolom,
balok, lantai plafon, kubah luar maupun dalam.
Komentar
Posting Komentar